Wednesday, 21 February 2024 07:51 WIB
Tak hanya Rupiah, mata uang negara tetangga, Ringgit Malaysia juga mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.
Rupiah ditutup melemah 29 point dalam penutupan pasar pada Selasa (20/2), walaupun sebelumnya sempat melemah 35 point dilevel Rp. 15.660 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.631.
Sementara Ringgit Malaysia mengalami penurunan ke level terendah sejak krisis keuangan Asia pada Selasa (20/2).
Melansir Channel News Asia, Rabu (21/2/2024) nilai Ringgit Malaysia turun hampir 0,3 persen menjadi hampir 4,8 terhadap greenback pada perdagangan hari Selasa (20/2), angka terburuk sejak krisis keuangan Asia pada tahun 1998.
Dilaporkan, Ringgit telah mengalami penurunan lebih dari 4 persen di awal tahun ini, sebagian disebabkan oleh kinerja ekspor yang buruk dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve.
Gubernur bank sentral Malaysia, Datuk Abdul Rasheed Ghaffour mengatakan bahwa kinerja mata uang tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kenaikan suku bunga AS, kekhawatiran geopolitik dan ketidakpastian mengenai prospek ekonomi China.
“Tingkat Ringgit saat ini tidak mencerminkan prospek positif perekonomian Malaysia ke depan,” kata Datuk Abdul Rasheed Ghaffour dalam sebuah pernyataan.
Namun dia masih optimis, pertumbuhan perdagangan global dan ekspor Malaysia akan berdampak positif pada mata uang tahun ini.
Sebelumnya, Ringgit telah mencapai titik terendah sejak krisis keuangan Asia pada tahun 2016, ketika mata uang negara-negara berkembang terpukul oleh pelarian modal yang dipicu oleh perkiraan kenaikan suku bunga AS.
Share
Eksplor lebih dalam berita dan program khas fiskusnews.com